Polisi masih menyelidiki kelalaian manusia dalam peristiwa jembatan gantung ambruk di Bogor. Tepatnya di akses menuju objek wisata penangkaran rusa Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Bogor, Senin 1 Januari 2018 sore. Perhutani berencana mengevaluasi seluruh objek wisata yang mereka kelola setelah kejadian tersebut.
Direktur Operasional Perhutani Hari Priyanto menyebutkan seluruh objek wisata sayang dikelola perusahaan mencapai 210 lokasi. "Kita evaluasi semuanya karena kita kan sedang memperbaiki tata kelola wisata yang dikelola Perhutani. Terutama di lokasi yang terdapat sarana yang memerlukan perawatan rutin," katanya, Selasa 2 Januari 2018.
Kedatangannya ke lokasi kejadian saat itu bersama tim investigasi internal untuk menyelidiki kerusakan jembatan gantung ambruk di Bogor tersebut. Hari meyakini pengelolaan objek wisata tersebut cukup baik termasuk merawat jembatan yang menjadi akses utama ke sana.
Menurut Hari, kerusakan jembatan lebih disebabkan beban yang melebihi kapasitas seharusnya. Ia menduga para pengunjung bisa menerobos masuk ke jembatan tersebut karena tidak ada pagar pembatas di ujung jembatan, meskipun pengelola menempatkan tiga orang penjaga di masing-masing ujungnya.
Setelah kejadian tersebut, Hari mengakui penangkaran rusa ditutup sementara hingga waktu yang belum ditentukan. "Kami berencana membangun jembatan baru, mungkin di lokasi lain yang bentangannya lebih pendek. Kalau ini kepanjangan sampai 40 meteran," katanya menargetkan pembangunan jembatan baru selama beberapa bulan.
Memeriksa tiga saksi
Sementara itu, Kepala Polisi Sektor setempat Muhaemin mengaku telah memeriksa tiga orang saksi yakni para petugas penjaga jembatan tersebut. "Senin malam sudah diperiksa tiga orang. Kami sedang lengkapi dengan olah tempat kejadian perkara. Saat ini masih berlangsung," katanya saat olah TKP di lokasi kejadian.
Muhaemin menjelaskan pemeriksaan difokuskan pada kerusakan seperti tali besi yang menggantung badan jembatan berbahan bambu. Petugas mendapati tali besi tersebut tidak putus di tengah melainkan terlepas dari posisi seharusnya. Petugas akan menyelidiki penyebab tali terlepas dari tanah.
Menurut para saksi yang diperiksa petugas kepolisian, ratusan pengunjung yang pulang dari penangkaran rusa memaksa melintasi jembatan tersebut meski telah dibatasi penjaga jembatan. "Mereka (wisatawan) berpikir kalau 10 orang 10 orang dengan jumlah yang banyak, akan lana (melintasnya)," kata Muhaemin.
Muhaemin mengakui jembatan yang dibangun pada 1994 merupakan akses utama ke penangkaran rusa. Jembatan tersebut memang terletak di antara dua desa, yakni Sirnarasa dan Buanajaya tapi masyarakat tidak menggunakan jembatan tersebut untuk lalu lintas sehari-hari.
Menurut salah seorang pengunjung sekaligus saksi mata, Riyadin (43), jumlah orang yang melintas saat itu mencapai lebih dari 30 orang. Padahal, kapasitas maksimal jembatan hanya untuk 10 orang seperti tertulis pada plang di ujung jembatan tersebut.
"Saya juga tadinya mau melintas sama anak istri, tapi karena banyak sekali yang memaksa melintas saya tidak jadi melintas ternyata tidak lama kemudian ambruk," kata Riyadin di lokasi kejadian menyaksikan olah TKP. Ia mengakui jumlah pengunjung penangkaran rusa saat itu jauh lebih banyak dibandingkan liburan biasanya.
Muatan melebihi kapasitas
Menurutnya, sebagai besar pengunjung penangkaran rusa akan pulang menggunakan jembatan tersebut. Dari arah sebaliknya ada juga beberapa pengunjung yang baru datang menuju penangkaran rusa. Pertemuan pengunjung dari kedua arah terjadi di jembatan tersebut sehingga makin menghambat arus pengunjung yang akan meninggalkan lokasi.
Para saksi mengaku terlebih dulu mendengar suara dari tali jembatan sebelum akhirnya ambruk. Akibat jembatan ambruk di Bogor tersebut, sebanyak lebih dari 30 orang menjadi korban. Polisi mengakui jumlahnya terus bertambah karena menurut data terbaru korban yang jatuh saat kejadian mencapai hampir 40 orang.
Dari puluhan korban tersebut, sebanyak 13 orang di antaranya dirujuk ke rumah sakit terdekat. Sebanyak lima orang di antaranya diketahui menderita luka berat hingga salag seorang di antaranya tewas saat perjalanan ke rumah sakit. Korban jiwa bernama Neni (45) merupakan wisatawan asal Bekasi yang mengalami luka pada bagian kepala.
Pihak Perhutani menjamin seluruh biaya perawatan para korban sesuai aturan yang berlaku. Menurut laporan Camat setempat dari catatan pengelola, jumlah pengunjung yang datang pada hari terakhir liburan tahun baru kali ini mencapai 800 orang sedangkan hari biasanya kurang dari 30 orang.
Source : http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2018/01/02/jembatan-ambruk-di-bogor-perhutani-introspeksi-417080
Direktur Operasional Perhutani Hari Priyanto menyebutkan seluruh objek wisata sayang dikelola perusahaan mencapai 210 lokasi. "Kita evaluasi semuanya karena kita kan sedang memperbaiki tata kelola wisata yang dikelola Perhutani. Terutama di lokasi yang terdapat sarana yang memerlukan perawatan rutin," katanya, Selasa 2 Januari 2018.
Kedatangannya ke lokasi kejadian saat itu bersama tim investigasi internal untuk menyelidiki kerusakan jembatan gantung ambruk di Bogor tersebut. Hari meyakini pengelolaan objek wisata tersebut cukup baik termasuk merawat jembatan yang menjadi akses utama ke sana.
Menurut Hari, kerusakan jembatan lebih disebabkan beban yang melebihi kapasitas seharusnya. Ia menduga para pengunjung bisa menerobos masuk ke jembatan tersebut karena tidak ada pagar pembatas di ujung jembatan, meskipun pengelola menempatkan tiga orang penjaga di masing-masing ujungnya.
Setelah kejadian tersebut, Hari mengakui penangkaran rusa ditutup sementara hingga waktu yang belum ditentukan. "Kami berencana membangun jembatan baru, mungkin di lokasi lain yang bentangannya lebih pendek. Kalau ini kepanjangan sampai 40 meteran," katanya menargetkan pembangunan jembatan baru selama beberapa bulan.
Memeriksa tiga saksi
Sementara itu, Kepala Polisi Sektor setempat Muhaemin mengaku telah memeriksa tiga orang saksi yakni para petugas penjaga jembatan tersebut. "Senin malam sudah diperiksa tiga orang. Kami sedang lengkapi dengan olah tempat kejadian perkara. Saat ini masih berlangsung," katanya saat olah TKP di lokasi kejadian.
Muhaemin menjelaskan pemeriksaan difokuskan pada kerusakan seperti tali besi yang menggantung badan jembatan berbahan bambu. Petugas mendapati tali besi tersebut tidak putus di tengah melainkan terlepas dari posisi seharusnya. Petugas akan menyelidiki penyebab tali terlepas dari tanah.
Menurut para saksi yang diperiksa petugas kepolisian, ratusan pengunjung yang pulang dari penangkaran rusa memaksa melintasi jembatan tersebut meski telah dibatasi penjaga jembatan. "Mereka (wisatawan) berpikir kalau 10 orang 10 orang dengan jumlah yang banyak, akan lana (melintasnya)," kata Muhaemin.
Muhaemin mengakui jembatan yang dibangun pada 1994 merupakan akses utama ke penangkaran rusa. Jembatan tersebut memang terletak di antara dua desa, yakni Sirnarasa dan Buanajaya tapi masyarakat tidak menggunakan jembatan tersebut untuk lalu lintas sehari-hari.
Menurut salah seorang pengunjung sekaligus saksi mata, Riyadin (43), jumlah orang yang melintas saat itu mencapai lebih dari 30 orang. Padahal, kapasitas maksimal jembatan hanya untuk 10 orang seperti tertulis pada plang di ujung jembatan tersebut.
"Saya juga tadinya mau melintas sama anak istri, tapi karena banyak sekali yang memaksa melintas saya tidak jadi melintas ternyata tidak lama kemudian ambruk," kata Riyadin di lokasi kejadian menyaksikan olah TKP. Ia mengakui jumlah pengunjung penangkaran rusa saat itu jauh lebih banyak dibandingkan liburan biasanya.
Muatan melebihi kapasitas
Menurutnya, sebagai besar pengunjung penangkaran rusa akan pulang menggunakan jembatan tersebut. Dari arah sebaliknya ada juga beberapa pengunjung yang baru datang menuju penangkaran rusa. Pertemuan pengunjung dari kedua arah terjadi di jembatan tersebut sehingga makin menghambat arus pengunjung yang akan meninggalkan lokasi.
Para saksi mengaku terlebih dulu mendengar suara dari tali jembatan sebelum akhirnya ambruk. Akibat jembatan ambruk di Bogor tersebut, sebanyak lebih dari 30 orang menjadi korban. Polisi mengakui jumlahnya terus bertambah karena menurut data terbaru korban yang jatuh saat kejadian mencapai hampir 40 orang.
Dari puluhan korban tersebut, sebanyak 13 orang di antaranya dirujuk ke rumah sakit terdekat. Sebanyak lima orang di antaranya diketahui menderita luka berat hingga salag seorang di antaranya tewas saat perjalanan ke rumah sakit. Korban jiwa bernama Neni (45) merupakan wisatawan asal Bekasi yang mengalami luka pada bagian kepala.
Pihak Perhutani menjamin seluruh biaya perawatan para korban sesuai aturan yang berlaku. Menurut laporan Camat setempat dari catatan pengelola, jumlah pengunjung yang datang pada hari terakhir liburan tahun baru kali ini mencapai 800 orang sedangkan hari biasanya kurang dari 30 orang.
Source : http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2018/01/02/jembatan-ambruk-di-bogor-perhutani-introspeksi-417080