BOGOR –- Pemerintah Kabupaten Bogor kini sedang gencar memasarkan komoditasnya. Setelah sebelumnya Manggis yang menjadi mayoritas ekspor ke China, sekarang giliran kopi yang mendapat tempat di Eropa. Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan(Distanhorbun) Kabupaten Bogor, Siti Nurianty, mengatakan saat ini sudah ada pesanan untuk mengirim contoh dari beberapa perusahaan di negara-negara Eropa dan Afrika.
Menurutnya Belanda sudah memesan kopi sekitar 200 ton per tahunnya. “Mereka sudah mengontak untuk mengirim contoh dan akan kita tindak lanjuti pada panen ini, sekitar April atau Mei akan kita akan siapkan sebaik-baiknya,” ujarnya kepada Republika.co.id, Selasa (26/3).
Pameran kopi yang diikuti Distanhorbun di Belanda pada 1 hingga 3 Maret silam mendapat peminat dan kesan yang baik dari negara-negara pengunjung terutama Eropa. Hal tersebut dikarenakan selama ini kopi robusta mereka belum fine dan masih berada di grade dua atau tiga. Kabupaten Bogor dalam kesempatan itu membawa yang kualitasnya sudah dinyatakan juara termasuk yang juara di Paris yang sudah grade fine.
Ia menambahkan tahun lalu kopi dari Kabupaten Bogor juga juara dan mendapat perak serta perunggu di Paris. “Tahun lalu ada 23 kopi yang menjuarai di Perancis. Dua di antaranya dari Kabupaten Bogor. Itu semua hasil panen robusta yang menghasilkan kurang lebih sekitar dua ribu ton per musim, sedangkan hamparan lahan sekitar enam ribuan hektare di sembilan kecamatan,” ujarnya.
Nurianty berharap kopi Bogor ke depannya bisa bersaing dengan kopi Vietnam. Akan tetapi ia menegaskan kopi Vietnam produktivitasnya sudah tinggi. Jadi langkah pertama yang akan dilakukan dinas terkait adalah bisa meningkatkan produktivitasnya terlebih dahulu.
“Tidak melulu patokannya ke Vietnam. Hanya memang beberapa yang kualitasnya bagus memang Vietnam,” ujarnya.
Dari data Distanhorbun luas areal kebun kopi di Kabupaten Bogor sejak tahun 2015 mengalami peningkatan. Peningkatan lahan terhitung dari 2.957 hektare menjadi 6.227 hektare di 2018.
Hal tersebut merupakan keuntungan bagi kabupaten Bogor karena lahan bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan kopi baik robusta ataupun arabika. Nurianty menambahkan pada 2018 sebanyak 3.607 ton kopi robusta dihasilkan di Kabupaten Bogor sedangkan angka arabika masih di 127 ton pada tahun yang sama.
SOURCE : REPUBLIKA
Menurutnya Belanda sudah memesan kopi sekitar 200 ton per tahunnya. “Mereka sudah mengontak untuk mengirim contoh dan akan kita tindak lanjuti pada panen ini, sekitar April atau Mei akan kita akan siapkan sebaik-baiknya,” ujarnya kepada Republika.co.id, Selasa (26/3).
BACA JUGA
- 4 Penggali Emas di Bogor Tewas di Lubang Galian, Dikarenakan Sesak Napas
- Geramnya Jokowi : Gara gara ada Kampanye Hitam penyebar fitnah
- Viral Foto Pengemis Miliki Mobil, Jawab : Kepala Satpol PP Bogor
Pameran kopi yang diikuti Distanhorbun di Belanda pada 1 hingga 3 Maret silam mendapat peminat dan kesan yang baik dari negara-negara pengunjung terutama Eropa. Hal tersebut dikarenakan selama ini kopi robusta mereka belum fine dan masih berada di grade dua atau tiga. Kabupaten Bogor dalam kesempatan itu membawa yang kualitasnya sudah dinyatakan juara termasuk yang juara di Paris yang sudah grade fine.
Ia menambahkan tahun lalu kopi dari Kabupaten Bogor juga juara dan mendapat perak serta perunggu di Paris. “Tahun lalu ada 23 kopi yang menjuarai di Perancis. Dua di antaranya dari Kabupaten Bogor. Itu semua hasil panen robusta yang menghasilkan kurang lebih sekitar dua ribu ton per musim, sedangkan hamparan lahan sekitar enam ribuan hektare di sembilan kecamatan,” ujarnya.
Nurianty berharap kopi Bogor ke depannya bisa bersaing dengan kopi Vietnam. Akan tetapi ia menegaskan kopi Vietnam produktivitasnya sudah tinggi. Jadi langkah pertama yang akan dilakukan dinas terkait adalah bisa meningkatkan produktivitasnya terlebih dahulu.
“Tidak melulu patokannya ke Vietnam. Hanya memang beberapa yang kualitasnya bagus memang Vietnam,” ujarnya.
Dari data Distanhorbun luas areal kebun kopi di Kabupaten Bogor sejak tahun 2015 mengalami peningkatan. Peningkatan lahan terhitung dari 2.957 hektare menjadi 6.227 hektare di 2018.
Hal tersebut merupakan keuntungan bagi kabupaten Bogor karena lahan bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan kopi baik robusta ataupun arabika. Nurianty menambahkan pada 2018 sebanyak 3.607 ton kopi robusta dihasilkan di Kabupaten Bogor sedangkan angka arabika masih di 127 ton pada tahun yang sama.
SOURCE : REPUBLIKA