Sepotong Surga Hindia di BOGOR



Bogor News Info -- Keindahan alam di Bogor sudah dikenal sedari dulu. Buktinya zaman dulu Bogor dijuluki oleh seorang berkebangsaan Belanda yakni H. Van Der Wall sebagai sepotong surga di Hindia dan sebagian lagi menyebutnya dengan sepotong surga di Jawa Barat.

Tak hanya orang Belanda, seorang Ilmuwan Mesir yang berkunjung ke Bogor pada akhir abad ke-20 juga memberikan julukan yang sama dengan Van Inhoff. Bahkan rektor Universitas Al Azhar Kairo, Syeikh Mahmud Syaltut yang bervakansi ke Puncak mengucapkan kalimat yang istimewa untuk pemandangan bentangan alam Bogor.

"Sudah cukuplah seandainya surga seperti ini," ujar Syeikh Mahmud mengomentari pemandangan indah di Puncak seperti dikutip dari buku "Kota Bogor: Studi Tentang Perkembangan Ekologi Kota Abad ke-19 hingga ke-20" karangan Mumuh M Zakaria.


Mumuh dalam bukunya mengemukakan dalam hal objek wisata segala yang ada di Buitenzorg memang inheren dengan keindahan sehingga layak menjadi sasaran kepariwisataan.

Karena keindahannya, Gubernur Jenderal Van Inhoff pada tahun 1745 dan para gubernur lain sesudahnya menjadikan Bogor sebagai tempat peristirahatan dan memberi nama wilayah ini dengan sebutan Buitenzorg (tempat yang tenang, bebas dari kesibukan).

Lebih dari itu, Bogor dimasa lampau adalah salah satu daerah andalan bagi pemerintah kolonial untuk menarik sejumlah wisatawan karena potensi yang yang dimilikinya yakni keindahan alam, keragaman objek serta sarana dan dan prasarana yang memadai seperti transportasi, hotel, restoran dan sebagainya cukup tersedia.

Objek wisata Bogor pada masa lalu yang sering dikunjungi oleh pelancong di antaranya adalah air terjun Ciapus, kawah Gunung Salak Perkebunan teh (Perbakti, Sindanglaya dan Puncak), Danau Talaga Warna dan sebagainya.

Tak hanya objek wisata alam, bangunan kantor pemerintahan seperti istana gubernur dan bangunan khas Eropa lainnya juga menjadi daya tarik wisata di Bogor. Pada dasarnya bangunan itu tidak ditujukan sebagai tempat wisata namun karena kaidah pembangunannya yang memperhatikan aspek keindahan membuat pesona Bogor dimata wisatawan semakin indah.

Selain itu helatan berbagai acara hiburan seperti pergelaran musik, pertunjukan drama, lomba pacu kuda hingga gedung film juga tak kalah menarik untuk dikunjungi wisatawan pada zaman itu. Pemerintah pada waktu itu memang sengaja membangun semua fasilitas tersebut selain ditujukan untuk warganya juga sebagai program pemerintah untuk menarik para wisatawan.

Untuk menunjang kegiatan kepariwisataan, alat transportasi yang menjadi andalan di Bogor di abad ke-19 dan 20 juga terbilang unik dan menarik perhatian yakni kereta kuda. Kereta kuda ini terdiri atas tiga jenis salah satu di antaranya adalah kahar yaitu kereta kuda khusus untuk mengangkut wisatawan ke daerah pegunungan.

Tarif transportasi umum di masa dulu ditentukan oleh pemerintah setempat. Setiap wilayah memiliki tarif yang berbeda namun setiap kebijakan penentuan tarif angkutan berdasarkan atas pertimbangan untuk menciptakan keuntungan bagi kedua belah pihak yakni antara pengemudi dan wisatawan.

Dengan sejumlah daya tarik yang dimiliki itu maka tak heran julukan sepotong surga dari Hindia disematkan oleh Van De Wall untuk Bogor dalam buku karangannya yang berjudul "Een Indische Paradijs (Buitenzorg)" yang diterbitkan tahun 1905.

Kini setelah sekian tahun lamanya pemandangan alam di Bogor masih menjadi buah bibir dan primadona di kalangan pelancong.